Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembahasan Tepat Tentang Masalah Mario Teguh dan Ario Teguh dari Sudut Pandang Islam

Masrozakdotcom, setelah mencari tentang kasus - kasu Mario Teguh dan Ario teguh tentang hubungan darah dan masalah keluarga masa pada lalu. Ternyata ada orang yang menurut saya yang dengan tepat membahasanya sehingga saya ingin menampilkannya disini. Siapakah dia?
Dia adalah Sarwo Edhi Ubit yang menuliskannya melalui kompasiana.

Hal apa yang ditanggapi beliau ini dalam kasus Mario Teguh dan Ario Teguh?
Yaitu masalah nasab dan silaturahmi. Inilah yang ingin saya ketahui tentang kasus- kasus seperti ini. Dan satu lagi ternyata di singgung juga tentang mengutarakan kejelekan.
Betul apa yang dikatakan beliau masalah nasab dan silaturahmi dewasa ini banyak dilupakan.

Jadi seperti inilah pembahasannya

Dalam kasus Pak Mario Teguh dan Pak Ario Teguh yang sudah sama - sama dewasa ini ditanggapi oleh Pak Sarwo Edhi Ubit.

1. Masalah Nasab

Jika bernasab pada bukan keturunannya maka luar biasa sekali hukumannya, yaitu haram masuk syurga sebagai mana hadist berikut ini

عَنْ سَعْدِ بن أبي وقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ :

مَن ادَّعَى إلى غَيْرِ أبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أنَّهُ غَيْرُ أبِيهِ فَالجَنَّةُ عَلَيهِ حَرامٌ .

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Sa'ad Ibnu Waqos bahwa Nabi SAW bersabda :
"Barang siapa yang mengaku anak dari selain ayahnya padahal dia tahu bahwa yang diakunya bukan ayahnya maka dia haram masuk syurga. " ( Mutafaq 'alaih)


Maka dalam hal ini cukup bahaya sekali bagi Pak Ario. Jika sebetulnya Pak Ario ini tahu kalau Pak Mario bukan ayahnya dengan kata lain Pak Ario ini berdosa besar dalam hadist tersebut dikatakan haram masuk syurga.

Jika Benar apa yang dikatakan Pak Mario tentang Pak Ario adalah hasil perselingkuhan istrinya yang telah lalu, maka Pak Ario tidak boleh menasabkan diri pada Pak Mario ataupun Mr X melainkan menasabkan diri pada Ibunya saja, karena kejadian itu berdasarkan perzinahan.
Selain itu kewajiban Pak Ario adalah memberitahu ibunya untuk segera memohon ampun dari perbuatan zinanya.

Namun jika memang Pak Ario adalah anaknya Pak Mario maka kewajiban lain dari Pak Ario adalah berbakti pada orang tua. Untuk pak mario disini telah menuduh istriya berjinah sehingga harus meminta ampun atas perbuatannya.
Disisi lain Pak Mariopun berkewajiban berbuat sebagaimana seorang ayah pada anaknya.
Seperti menafkahinya dan lain - lain.


Simak Juga Memaknai Kejujuran

2. Masalah Silaturahmi


Tanggapan atau pembahasan lain yang menarik adalah masalah silaturahmi. Berikut urinnya

الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ 

Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi]. 

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا 

“Orang yang menyambung (silaturahmi) itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun ‘alaihi]. 

Pak Sarwo Edhi Ubit menjelaskan saat ini makna silaturahmi yang merupakan ibadah sudah bergeser. Silarurahmi diartikan bertandang ke tetangga, ke guru, ke teman. Bukan! 
Silaturahmi adalah soal hubungan darah. Seorang yang berhubungan darah tak boleh terputus, saling memboikot, saling tak peduli. 

Jika seseorang punya relasi dan teman dimana - mana tetapi tidak acuh kepada keluarga sendiri termasuk paman-pamannya dia sama sekali tidak bersilaturahmi. 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa menyambung silaturahmi lebih besar pahalanya daripada memerdekakan seorang budak. 

Dalam Shahîh al-Bukhâri, dari Maimûnah Ummul-Mukminîn, dia berkata:

 يَا رَسُولَ اللَّهِ أَشَعَرْتَ أَنِّي أَعْتَقْتُ وَلِيدَتِي قَالَ أَوَفَعَلْتِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ

“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar pahalanya”

Dalam kasus Pak Mario Teguh ada dua permasalahan, antara pak Mario dan Ario, dan Ibu Kumkum dan Pak Mario. Dalam tingkatan silaturahmi, kedua orang ini yaitu Ario dan Kumkum salah. 

Pertama Ario disebut pak Mario tak berusaha menemui dan mencari jalan keluar dan kumkum apapun kesalahan pak Mario tak boleh membuka aib, tak berhubungan, tak mengucapkan idul fitri. 

Menjelekkan pak Mario walaupun benar bukan sifat yang baik sebagai adik, karena tingkatan silaturahmi adalah dari junior ke senior. Jadi aneh jika mengatakan "kita bersaudara karena Muslim" tetapi tak berhubungan dengan kakak kandung sendiri ini adalah fatal. 

Saya disini (kata Pak Sarwo Edhi Ubit) bukan berusaha menghakimi ini salah itu salah. Tapi kasus ini sering kita dapati dalam masyarakat. Saya berharap kasus Pak Mario dicari jalan terbaik dengan cepat dan kekeluargaan bukan diumbar media. Walaupun saya sepakat kasus ini memiliki ibrah tersendiri dari berbagai sudut. 
Wallahu a'lam.

Dari tulisan tersebut bisa di ambil pelajaran adalah masalah nasab yang justru sudah sering terlupakan dan masalah sillaturahmi yang ternyata sudah bergeser arti. Ditambah dengan sebuah teguran tentang membuka aib atau menjelekan itu adalah tidak boleh.

Semoga bermanfaat.

Sumber :
http://www.kompasiana.com/sarwo.edhi/kasus-mario-teguh-dalam-sudut-pandang-islam_57d38384a823bd490b7697a0

Posting Komentar untuk "Pembahasan Tepat Tentang Masalah Mario Teguh dan Ario Teguh dari Sudut Pandang Islam"